Sunday 24 May 2015

Kartini Masa Kini dan AKU DIRIKU

RA. KARTINI

Kartini Masa Kini dan AKU DIRIKU


SETIAP 21 April diperingati sebagai hari Kartini dan juga dikenal sebagai hari kebangkitan perempuan pribumi Indonesia. Kartini merupakan satu pejuang wanita yang membela dan berupaya mengangkat derajat perempuan Indoneseia. Biasanya peringatan pada Hari Kartini identik dengan kebaya, sanggul, dandanan ala Kartini dan berbagai embel-embel yang melekat pada fisik Kartini, tapi tidak untuk pemikirannya. Para perempuan sibuk mengenakan atribut layaknya Kartini, tapi adakah yang berpikir seperti Kartini?
Raden Ajeng Kartini terlahir dari keluarga kelas bangsawan, sehingga berkesempatan untuk memperoleh pendidikan walaupun hanya sebatas sekolah dasar. Beliau merasa sedih karena dirinya dibatasi untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat lebih tinggi. Kesedihan itu tidak membuatnya putus asa, lalu ia mengumpulkan buku-buku pelajaran, surat kabar, dan buku ilmu pengetahuan lainnya untuk di baca. Kegemarannya dalam membaca membuatnya ingin melakukan perubahan terhadap perempuan pribumi yang masih jauh tertinggal dalam bidang ilmu pengtahuan.
Sebagai perempuan beliau beranggapan bahwa kaumnya sangat dibatasi dalam memperoleh pendidikan dan atas dasar inilah beliau ingin mengangkat derajat kaum perempuan lewat surat-surat yang dikirim ke teman-temannya di Belanda. Kumpulan dari surat-surat ini oleh salah satu teman belandanya yaitu Abendonon yang menjabat sebagai mentri kebudayaan, agama dan kerajinan saat itu, di bukukan dengan judul Door Duisternis tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang). Terbitnya surat-surat kartini menarik perhatian masyarakat Belanda dan mengubah pandangan mereka terhadap perempuan pribumi di Indonesia. Pemikiran kartini yang tertuang dalam surat-suratnya juga menjadi inspirasi bagi tokoh-tokoh Kebangkitan Nasional Indonesia.
Mengapa Kartini?
Kartini bukanlah satu-satunya pejuang wanita yang dapat dijadikan inspirator bagi kaum perempuan. Sebelum era Kartini sudah ada beberapa wanita yang berbuat lebih untuk kemajuan perempuan baik itu dalam soal pendidikan, politik, ekonomi dan bahkan ada yang terlibat langsung dalam medan perang seperti Cut Nyak Dhien dan Cut Meutia di Aceh. Tapi mengapa harus Kartini yang dikenal dan kemudian dijadikan sebagai peringatan hari besar nasional?
Kotroversi terhadap peringatan Hari Kartini dikarenakan banyaknya perempuan lain yang lebih berjasa dibandingkan Kartini, tapi mengapa hanya nama Kartini yang lebih populer dan bahkan dibuatkan lagu kebangasaan khusus untuk mengenang jasa-jasanya? Hal ini sempat menjadi bahan perbincangan hangat pada dekade 1980-an, di mana sosok Kartini dianggap bukanlah orang yang tepat untuk dijadikan ikon kebangkitan perempuan Indonesia.

Guru besar Universitas Indonesia, Prof Dr Harsya W Bachtiar pernah menggugat masalah ini melalui artikelnya yang berjudul “Kartini dan Peranan Wanita dalam Masyarakat Kita”. Masalah ini juga menjadi bahan perbincangan publik saat diterbitkannya Buku Surat-Surat Kartini oleh F.G.P menjelang peringatan Hari Kartini 21 April 1998. Tulisan ini bukan untuk menggugat pribadi kartini, bahkan banyak sebenarnya nilai positif yang dapat diteladani dari seorang Kartini. Akan tetapi penobatan Kartini sebagai pelopor perempuan Indonesia tidaklah tepat dikarenakan masih banyak perempuan yang bisa dijadikan teladan selain Kartini.


No comments:

Post a Comment